Cita-cita saya kini hanya satu: menjadi Selebriti. Bukan ‘selebriti’ dalam pengertian kita selama ini, selebriti yang setiap hari menghiasi layar kaca lengkap dengan berita-berita tentang mereka; perceraian, perselingkuhan, pernikahan, perpecahan keluarga. Selebriti yang saya maksud adalah mereka yang merayakan kehidupan, yang melihat kehidupan sebagai sebuah perayaan, sebuah celebration. Mereka yang menari, bernyanyi, tertawa bersama kehidupan. Mereka yang melihat kehidupan sebagai sesuatu yang tak serius-serius amat. Mereka yang menjalani kehidupan dengan penuh kesadaran.Merekalah para Buddha--yang berarti: Ia yang telah terjaga. Muhammad, Buddha,
Merayakan kehidupan juga berarti berkata ‘ya’ pada kehidupan. Menerima apapun yang datang, apapun yang Kehidupan berikan kepada kita. Menerima kehidupan dengan segala dualitasnya; baik-buruk, gelap-terang, siang-malam, kebahagiaan-kesedihan, kelahiran-kematian. Menerima kehidupan sebagaimana adanya. Penerimaan Total. Karena dengan menerima dualitas kita dapat melampaui dualitas, maka ketika mengalami kesedihan sikap kita sama ketika mengalami kebahagiaan. Kita menjadi seimbang. Hidup menjadi sebuah perayaan, sebuah nyanyian, dan kita tertawa dan bernyanyi bersama kehidupan. Kita pun telah menjadi selebriti. Selebriti Sejati.
Tertarik menjadi Selebriti?
Denpasar, 03 Oktober 2008


2 komentar:
Justru itulah yg tersulit...
Merayakan kehidupan, hmmmm..
Entah kapan bisa benar2 mampu menjalaninya...
Sekarang juga bisa. Asal ada kemauan, juga sedikit keberanian, sebab mereka yang telah merayakan kehidupan di masyarakat kadang dianggap aneh. Kalau tidak dibilang 'gila' hehhe.
Masyarakat maunya kita sama seperti mereka. Maka para seniman, penyair, adalah termasuk mereka yang telah merayakan kehidupan. Mereka kadang ditolak karena dianggap lain, aneh. Maka banyak orang tua yg melarang anaknya jadi seniman. Siapa yang aneh sebenarnya?
Posting Komentar