28 Oktober 2008
Ah!
Akhirnya aku bertemu Dia yang selama ini kurindu.
Kekasih, ijinkan aku mabuk dalam CintaMu. Dalam KetiadaanMu.
Angga.
24 Oktober 2008
19 Oktober 2008
Punk Hari Ini
Waktu terus berjalan, tiada yang di sisimu
Ingin keluar tuk dapatkan pemikiran baru
Kukesal hari ini, melihat di sekitar
Semuanya sama dan seragam, korban dari majalah
Dia pikir dia berbeda dan semua band mengkopi Blink
Dimanakah pemberontak, engkau bersembunyi ?
Bukankah ini penting…
Dan perasaanku membunuhku !
Kubenci semua yang tak pasti
Rambut spikey dibilang funky
Mall dipenuhi lambang anarki
Yang akhirnya hilang tak berarti
[Cheerleader ingin jadi punk rock star]
MTV hari ini, Rock'N Roll telah mati
Nyanyikan lagu orang lain dan kau akan terkenal
Coba tuk tak curiga, tak kuasa ku menahan
Penuh tattoo, juga piercing, nyanyikan lagu cengeng
(Sung by Superman Is Dead)
16 Oktober 2008
Rumah
Mereka yang sendiri, akan lama menyendiri,
akan jaga, membaca, menulis surat yang panjang,
dan akan melangkah hilir mudik di jalanan
gelisah, bila dedaunan berterbangan.
Punk adalah sesuatu yang baru di Indonesia. Ia berasal dari Barat, tepatnya
Punk mulai masuk ke Indonesia sekitar 1970-an, dan mengalami kejayaan pada 1990-an. Tak beda dengan di negara lain, di Indonesia punk dianggap sebagai gerombolan remaja pembuat onar, atau sekedar aliran musik keras yang tak jelas. Namun ada yang menarik dari anak-anak Punk. Berbekal semangat DIY (do it yourself) komunitas punk di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Malang mulai merintis usaha rekaman dan distribusi terbatas. Mereka membuat label rekaman sendiri untuk menaungi band-band sealiran sekaligus mendistribusikannya ke pasaran. Kemudian usaha ini berkembang menjadi semacam toko kecil yang lazim disebut distro.
Tidak sekadar kabur dari rumah dan menggelandang di jalanan, memang.
11 Oktober 2008
Radio Merah dari Ibu
Aku gembira dengan mainan baruku. Dari dalam radio aku mendengar nama tuhan, terjang sepatu, rentetan tembakan kematian, sandiwara manusia.
09 Oktober 2008
Requiem
Nobis
Pacem
Kurasakan
dingin dadamu
malam ini
Menanti pagi
bunyi lonceng
usap sengal
perjamuan
Tak kudengar
nyanyian misa
pengakuan dosa
rosario para santo
Orang-orang
melintas cemas
lorong sempit
perjalanan
Tempat
apakah
ini ?
Hujan turun
sepanjang hari
iris tubuhku
jadi potongan
kematian
tanpa peta
reinkarnasi
baju-baju
yang berganti
Aku berjalan
di keramaian
pasar-pasar
kepedihan
hitam mata
serupa paku
sekejap menelikung
ku
Kurasakan
dingin dadamu
malam ini
catatan: dona nobis pacem (latin)=anugerahilah kami damai
05 Oktober 2008
Fundamentalis
Apa sebenarnya penyebab tumbuh suburnya radikalisme agama di
Denpasar, 5 Oktober 2008
03 Oktober 2008
Selebriti
Merekalah para Buddha--yang berarti: Ia yang telah terjaga. Muhammad, Buddha,
Merayakan kehidupan juga berarti berkata ‘ya’ pada kehidupan. Menerima apapun yang datang, apapun yang Kehidupan berikan kepada kita. Menerima kehidupan dengan segala dualitasnya; baik-buruk, gelap-terang, siang-malam, kebahagiaan-kesedihan, kelahiran-kematian. Menerima kehidupan sebagaimana adanya. Penerimaan Total. Karena dengan menerima dualitas kita dapat melampaui dualitas, maka ketika mengalami kesedihan sikap kita sama ketika mengalami kebahagiaan. Kita menjadi seimbang. Hidup menjadi sebuah perayaan, sebuah nyanyian, dan kita tertawa dan bernyanyi bersama kehidupan. Kita pun telah menjadi selebriti. Selebriti Sejati.
Tertarik menjadi Selebriti?
Denpasar, 03 Oktober 2008
02 Oktober 2008
Kematian
Entah mengapa, setiap mendengar berita kematian kini reaksi saya biasa-biasa saja. Mungkin karena saya pernah melihat langsung kematian, ketika ayah tercinta meninggal di bulan ramadhan setahun lalu. Dulu saya menganggap kematian sebuah titik akhir perjalanan, namun setelah banyak membaca buku tentang kematian dan reinkarnasi anggapan saya gugur. Kematian bukanlah sebuah akhir. Kelahiran dan kematian bukanlah sebuah garis lurus. Tak ada yang disebut ‘kematian’ atau ‘kelahiran’ sebenarnya. Sebab roh atau jiwa itu abadi. Hanya badan saja yang mati. Jiwa tak pernah mati. Jiwa adalah energi, dan ilmu fisika mengatakan energi itu kekal. Badan dalam Bhagawad Gita diibaratkan sebagai sebuah pakaian. "Sebagaimana kau melepaskan pakaianmu yang lama dan memakai pakaian baru, begitu pula jiwa ini meninggalkan badannya yang lama dan menghuni badan baru." Metafor yang sangat indah. Lalu mengapa kematian begitu menyedihkan, begitu mengharu-biru? Sebab kita tak tahu apa itu kematian, sebab kematian oleh masyarakat telah dikontruksi sedemikian rupa sehingga kita memperoleh gambaran tentang kematian sebagai sesuatu yang menyeramkan, menakutkan. Kematian adalah akhir segalanya.
Tidak. Kematian bukanlah sesuatu yang luar biasa. Kematian adalah sesuatu yang biasa-biasa saja, sama seperti sebuah Kelahiran, kelahiran seorang anak atau anggota keluarga baru yang kita sambut gembira dengan senyuman dan tawa riang. Alangkah indahnya jika melihat kematian reaksi kita sama ketika melihat kelahiran. Sebab kelahiran bukanlah titik awal dan kematian bukanlah titik akhir kehidupan. Sebab kehidupan tidak berawal dan berakhir. Kehidupan adalah sebuah perjalanan abadi. Saya akhiri tulisan ini dengan sebuah sajak Jalaluddin Rumi:
Aku mati sebagai mineral
dan menjelma sebagai tumbuhan,
aku mati sebagai tumbuhan
dan lahir kembali sebagai binatang
Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.
Kenapa aku harus takut?
Maut tidak pernah mengurangi
sesuatu dari diriku.
Sekali lagi,
aku masih harus mati sebagai manusia,
dan lahir di alam para malaikat.
Bahkan setelah menjelma sebagai malaikat,
aku harus mati lagi;
Karena, kecuali Tuhan,
tidak ada sesuatu yang kekal abadi.
Setelah kelahiranku sebagai malaikat,
aku masih harus menjelma lagi
alam bentuk yang tak kupahami.
Ah, biarkan diriku lenyap,
memasuki kekosongan, kasunyataan
Karena hanya dalam kasunyataan itu
terdengar nyanyian mulia;
“Kepada Nya, kita semua akan kembali”
01 Oktober 2008
Sufi
Sufi
Sufi, yang yakin bahwa agama mereka adalah agama Cinta, tentu menjadi penyejuk di tengah radikalisme agama yang menghalalkan kekerasan atas nama agama. Sufi adalah para pejalan di Jalan Cinta. Seperti yang pernah ditulis Ibn Arabi (1165-1240):
“Hatiku telah terbuka sepenuhnya: ini menjadi